gaharu
Bau gaharu cukup komplek dan menyenangkan, secara alamiah tidak ada padanan yang tepat . Gaharu dan minyaknya mendapat perhatian besar dalam budaya dan agama sejak peradaban kuno di seluruh dunia, seperti tertuang dalam catatan tertua – dalam tulisan berbahasa Sanskerta dari India.
Pada awal abad ke-3, dalam Nan wu yi zhou zhi (Hal-hal aneh dari Selatan) yang ditulis oleh Wa Zhen dari Dinasti Wu, menyebutkan bahwa gaharu diproduksi di wilayah Rinan, sekarang dikenal sebagai Vietnam bagian tengah, dan diceritakan mengenai bagaimana orang-orang mengumpulkan gshsru dari hutan dan pegunungan di daerah itu.
Dimulai pada tahun 1580, setelah Nguyen Hoang mengambil kendali atas provinsi-provinsi tengah Vietnam modern, ia mendorong kerja sama di bidang perdagangan dengan negara lain, khususnya negara Cina dan Jepang. Gaharu yang diekspor di golongkan dalam 3 varitas yaitu Calambac (ky nam dalam bahasa Vietnam) trem hurong (sangat serupa tetapi sedikit lebih keras dan lebih banyak), dan gaharu itu sendiri. Satu pon Calambac dibeli di Hoi An selama 15 tael dapat dijual di Nagasaki untuk 600 tail. Penguasa Nguyen segera mendirikan kerajaan Monopoli atas penjualan Calambac. Monopoli ini membantu mendanai keuangan negara Nguyen selama tahun-tahun awal aturan Nguyen.
Xuanzang’s travelouges dan Harshacharita, yang ditulis pada abad ke-7 Masehi di India Utara menyebutkan penggunaan produk-produk gaharu seperti ‘Xasipat’ (bahan tulisan) dan ‘minyak aloe‘ di Assam kuno (Kamarupa). Tradisi membuat bahan-tulisan dari kulit gaharu masih ada di Assam india hingga saat ini.
Gaharu atau dalam bahasa Inggris disebut dengan agrawood atau aloeswood yang merupakan resin dalam batang kayu yang yang dihasilkan dari pohon Aquilaria (jenis asli Asia Selatan / Tenggara) melalui infeksi cendawan patogen. Sebelum infeksi, batang kayu berwarna cerah dan relatif ringan, namun setelah terinfeksi, pohon menghasilkan resin aromatik yang berwarna gelap sebagai akibat dari infeksi cendawan patogen,resin gaharu berupa damar padat sehingga menjadi lebih berat. Resin dalam kayu tersebut biasa disebut gaharu, jinko, aloeswood, Agarwood, atau oud yang banyak digunakan dalam banyak kebudayaan untuk aroma yang khas, dalam bentuk dupa dan parfum.
Salah satu penyebab mengapa gaharu menjadi semakin mahal adalah keberadaannya yang semakin langka di alam. Sejak tahun 1995 Aquilaria malaccensis, sumber utama penghasil gaharu, telah tercantum dalam CITES Lampiran II (berpotensi terancam punah) dan pada tahun 2004 semua jenis Aquilaria tercantum dalam CITES Lampiran II; Namun demikian, sejumlah negara menyatakan keberatan penetapan tersebut.
tanaman penghasil gaharu yang telah ditemukan sebagian besar terdapat di kawasan asia dan terdiri dari bermacam jenis, dan jenis yang banyak di budidayakan untuk saat ini adalah jenis Aquilaria malaccensis, yang banyak ditemukan di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan India dan jenis ini juga merupakan jenis yang memiliki kwalitas yang banyak di cari.
Tanaman penghasil gaharu ditemukan dari family thymelaeaceae dengan jenis-jenis antara lain :
- Aquilaria acuminata, (Gyrinopsis acuminata), di wilayah papua
- Aquilaria apiculina, di Pilipina
- Aquilaria baillonil, di Thailand dan Kamboja
- Aquilaria baneonsis, di Vietnam
- Aquilaria beccariana, di Indonesia
- Aquilaria brachyantha, di Malaysia
- Aquilaria crassna di Malaysia, Thailand, dan Kamboja
- Aquilaria cumingiana, di Indonesia dan Malaysia
- Aquilaria filaria, di Indonesia, China
- Aquilaria grandiflora, di China
- Aquilaria hirta, di Indonesia and Malaysia
- Aquilaria khasiana, di India
- Aquilaria malaccensis, di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan India
- Aquilaria microcapa, di Indonesia dan Malaysia
- Aquilaria rostrata, di Malaysia
- Aquilaria sinensis, di China
- Aquilaria subintegra, di Thailand
- Aquilaria urdanetensis Philipina
- Aquilaria yunnanensis China
- Aquilaria citrinicarpa
- Aquilaria rugosa
- Aquilaria pentandra
- Aquilaria parvifolia
- Aquilaria ophispermum
0 komentar:
Posting Komentar